Hari berikutnya, banyak siswa yang bertanya kepadaku mengenai
hal tersebut.
“Neshya, apa benar kamu punya
hubungan sama Ramka???” Tanya temanku
“Nggak kok, Cuma gossib saja” sangkal aku.
Bukan hanya satu dua petanyaan yang datang padaku, tapi malah gossib yang sangat
besar melandaku. Aku berusaha bersikap tenang dan menganggap bahwa gossib itu
akan segera berlalu. Dan akupun tidak menjauhi Ramka, karena jika aku
menjauhinya, maka akan ada kabar yang lebih besar.
Suatu ketika, aku merasa kesulitan dalam mengerjakan soal
matematika. Dan entah kenapa, aku langsung teringat kepada Ramka. Dan tanpa
menunggu lama, ketika bel istiahat berbunyi, aku langsung menuju bangkunya dan
bertanya kepadanya. Ramka merupakan
pribadi yang lain, dia tidak seperti teman siswa laki-lakiku yang lain. Dia
merupakan siswa yang diam, cuek sama perempuan, sederhana, dan juga pintar.
Karena sifat cuek yang dia miliki, aku sebenarnya merasa kurang yakin untuk
bertanya
kepadanya. Namun, aku tetap mencobanya. Yang aku takutkan ternyata benar
adanya. Dia bersikap cuek denganku, tapi untunglah dia masih mau membantuku.
“Ramka, mau membantuku tidak???”
pintaku pada Ramka
“bantu apa???” jawab Ramka dengan
sedikit cuek
“kamu bisa soal matematika yang
ini???” tanyaku
“(melihat soal yang aku tanyakan) aku
belum. Memangnya itu tugas???” jawab Ramka
“iya, ini tugas” kataku
“ya udah, aku kerjakan dulu, tapi
kamu juga. Nanti, kalau udah ketemu jawabannya, aku beri tahu” ucapnya
“Ok!” jawabku
Setelah itu, aku dan Ramka sama-sama mengerjakan soal tersebut.
Selang beberapa waktu, aku berhasil menyelesaikan soal itu, namun Ramka belum.
Mengetahui aku berhasil menyelesaikan terlebih dahulu, Ramka meminta untuk
melihat hasil pengerjaanku. Aku pun memberikan bukuku padanya.
“akhirnya ketemu juga” seruku
“yang benar??? Coba lihat???” pinta
Ramka padaku
“(Aku memberikan bukuku) ini salah”
ucap Ramka
“yang benar saja. Ini benar” kataku
“salah” ucap Ramka
“benar” sangkalku
“nggak, ini salah” ucap Ramka
“benar Ramka” sangkalku
“salah” ucap Ramka
“OK! Kalau ini salah, terus jawaban
yang benar apa???” Tanyaku
“aku belum tau” jawab Ramka
“hufft… ya udahlah, terserah kamu”
jawabku kesal dan aku langsung kembali menuju bangkuku
Tidak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Semua siswa bersiap
untuk mengikuti pelajaran selanjutnya, Matematika. Yapz, pelajaran yang sangat
aku sukai.
Guru pelajaran Matematika memasuki ruang kelas. Guru yang
satu ini, terkenal dengan cara mengajarnya yang sangat patas, namun gampang untuk
dimengerti. Selain itu, dia juga mempunyai aturan yang unik, yaitu buku tulis
wajib berisi 78 lembar, bolpion diusahakan 3 macam warna, catatan harus rapi,
wajib membawa penggaris, dan wajib membawa tempat pensil. Dan apabila
dilanggar, maka akan di kasih hukuman. Unik bukan??? Tapi, dia salah satu guru
favoritku lho… Bapak Anwar, itulah namanya. Memasuki ruangan kelas, Pak Anwar
langsung menyuruh mengeluarkan selembar kertas.
“keluarkan 1 lembar kertas” perintah
Pak Anwar
“lho pak, Ulangan???” Tanya anak-anak
serempak
“iya, kita ulangan hari ini” jawab
Pak Anwar
“kok kemarin nggak di bilangin
pak???” Tanya salah satu siswa
episode 2